Selasa, 16 Maret 2010

Yang Patah Itu ...Cinta

Malam ini sepi...Sunyi yang temani sendiriku... Aku termangu dalam diam yang menepi.Dengan tetiba saja aku merasa hancur... luruh... lebur. Aku yang lemah.. Aku yang patah.. Aku yang kalah. Agrh... aku membencinya untukku sendiri.
Langit kelam yang temaniku menggulung penggal sejarah itu. Langit berbintang yang temaniku kembali membuka gulung sejarah yang tercecer itu. Aku kalah.. Kalah.. Selalu saja merasa kalah.
Beberapa waktu silam. Ketika hujan masih menyisakan rintiknya di pelukan senja. Entah harus merasa apa.. bahagia ataukah bersedih karna semayamnya dalam diri dan nadiku selama beberapa waktu terakhir ini. Terhitung sejak kali pertama ia menyapaku dalam diam. 543 hari 9jam detik ini.
"mm.. aku butuh bantuanmu... boleh?
itu kata pertamanya untukku. Sedikit tercengang yang meliputiku. Hanya sedikit tidak menyangka akan hadirnya, akan tanyanya,, aku kelu. "ya.."
Ia tersenyum... menamatkan permintaannya untukku. Bukan hal yang sulit buatku untuk membantunya menemukan sebuah data demi keperluannya. Kita saling tau.. Itu bidang yang kutekuni.usai sudah... tamatkah pertemuan itu? aku hanya bisa berharap...sedikit cerita yang kusimpan hingga kini.. ketika sadar ternyata ku cintainya hingga kini.

Merekam detik yang terlalui bersama itu di alam pikirku yang dalam. tut..tut..deringku terdengar pelan.
Message From:Tsuya. Kuabaikan.. Bukan karena rasa tidak suka akan hadirnya, tapi aku sedang menata getar yang beradu itu.Kubuka..
From: Tsuya
19.09
To: Seira
Aku ingin menyukai adamu seperti aku menyukai malam. Seperti malam menyukai bintang.. seperti gelap menyukai titik terang. Dan aku ingin menyukaimu seperti apa adanya segala hal yang diciptakan untuk saling melengkapi dan membutuhkan... aku menyukaimu lebih dari apapun yang kau tahu...

Aku merasa entah. Tak mengerti harus seperti apa kuartikan kata yang sesungguhnya. Tidakkah itu berarti ia menyukaiku? atau bahkan mencintaiku. benarkah? Aku hanya tidak menyangka ternyata bukan hanya sebelah hatiku yang merasainya. Aku tak mampu menjawabnya.. Aku hanya diam merasai getar yang menjalariku.. Aku tertunduk. Terisak.. Mengucap syukur,, memantapkan hati.Kian jam berlalu pelan hingga kuputuskan untuk menekan reply pada ponselku,,
To : Tsuya
Aku hanya tak mengerti.. terlalu singkatkah hingga tak termaknai. Terlalu tersembunyikah hingga tak terbaca. kubaca sekali lagi sebelum ku tekan send.
tut..tut..
From: Tsuya
23.09
To: Seiraaku tak pernah mengerti yang kurasai.. terhadapmu. aku hanya merasa aku membutuhkanmu..kini. sekalipun kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku hanya ingin tahu apa yang kau rasa terhadapku sementara aku begitu yakin akan adamu dalam hidupku.
Raguku kembali mencuat.. pantaskah aku. sementara kutahu aku tak tahu ia.. begitupun ia. tapi memang kita tak pernah tahu...
To: Tsuya
aku hanya ingin menjadi bintang yang bersinar dilangit gelap.. karna dalam terang ia tak nampak.. dalam temaram ia tak sempurna bersinar melengkapi indah malam. jika hatimu cukup gelap untukku bersinar... mungkin aku akan terus bersinar disana... semoga.

Penggal itu yang pernah kumiliki. Tak ada lagi jawab atasku.. Tapi mulai detik itu ia mengada untukku. Selalu untukku. Mengisi dan menghiasi hatiku...Tapi kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam jalan yang kita lalui... sandungan kerikil yang berserak ataukah jalan buntu yang menghalangi langkah.
Dan terjadi!! Sesuatu yang terbaca dari awal ketika semua hal manis itu terjalin. Tapi memang tak ada yang patut disesali.. aku menerima dengan ikhlas ketika semua jalan yang dilalui mulai menanjak, terjal dan bahkan harus kembali ke masa awal sebelum perjalanan panjang dimulai. Ya. Aku menerima ketika ia bilang,, "sudahi saja seperti ini. Hanya tidak tahu kemana akhirnya.. Terlalu terjal untuk dipaksakan". Aku tidak merasa marah karena sudah terbaca. Aku hanya sedikit kecewa karena telah terbiasa. Tapi aku Ikhlas.. Legowo.
Ini yang kulalui kini..Ketika aku masih tetap ada ditepian ini. Absurd.Entah untuk menantinya kembali.. Entah untuk memupuskan segala yang ada.. Entah untuk belajar menjadi lebih bijak menjalani segala sesuatu. Cinta.
Aku tak pernah menyesali adanya ia dalam hidupku. Aku tak pernah merasa terbebani akan sakit yang kuderita atas bahagianya. Aku hanya ingin begini saja kini... menikmati segala indah yang ia berikan dulu dan kini, merasai sakit akan segala yang kurasa dulu dan kini.Sudah...Biarkan demikian.. Biarkan aku patah dan kalah kini. Aku yakin sayapku kan terkembang lebih besar daripada yang telah patah. Biarkan saja demikian ini terjadi.. Kini. Karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti.

sumber : http://cerpen.net/cerpen-cinta/yang-patah-itu-cinta.html

Rindu Puisi

Aku tak pernah berlari meninggalkanmu !
Melangkah menjauhi pun tak pernah terlintas
Aku masih disini…. Aku masih ada…
Namun sebait pun kini tak sempat lagi kubuat

Setiap hari kuhanya bisa berkata pada hati
Besok mungkin dapat kuluangkan waktu lagi
Tuk menulis tentang hati…
Dalam sebentuk puisi

Nyatanya aku tak pernah sempat
Ragaku s’lalu saja terlebih dahulu penat
Sehingga asa dan rasa tak pernah sempat
Dapatkan waktu yang tepat untuk puisi-puisi baru kubuat

Hingga sekali lagi di pagi ini
Kerinduan pada puisi kembali menjadi
Curahan hatiku dalam sebentuk puisi
Semoga esok aku bisa segera kembali

Seorang Penyair

Apa yang dapat diberikan seorang penyair ?
Saat tak ada sesuatu yang dapat mengilhami
Ketika realita tak cukup untuk menginspirasi
Matikah ia…. bersama syair-syair lama yang t’lah lapuk
dan kehilangan pembaca ?

Apa yang harus dilakukan seorang penyair ?
Saat kosong memenuhi imaji
Saat sendiri juga tak cukup berikan ruang untuk kehadiran satu puisi
Tak pantas lagikah ia… tetap disebut penyair walaupun tak lagi mampu
untuk tetap bersyair ?

Setelah lama tidak menulis satu pun puisi, satu tulisan di atas adalah sebuah curahan hati dari saya tentang keadaan yang terjadi di sekian waktu ini. Oh ya, hari ini saya juga menulis 2 puisi baru dimana salah satunya adalah puisi valentine untuk menyambut hari kasih sayang yang udah semakin dekat ini. Kedua puisi baru tersebut saya letakkan di MunajatCinta.com.

Seorang Penyair

Apa yang dapat diberikan seorang penyair ?
Saat tak ada sesuatu yang dapat mengilhami
Ketika realita tak cukup untuk menginspirasi
Matikah ia…. bersama syair-syair lama yang t’lah lapuk
dan kehilangan pembaca ?

Apa yang harus dilakukan seorang penyair ?
Saat kosong memenuhi imaji
Saat sendiri juga tak cukup berikan ruang untuk kehadiran satu puisi
Tak pantas lagikah ia… tetap disebut penyair walaupun tak lagi mampu
untuk tetap bersyair ?

Setelah lama tidak menulis satu pun puisi, satu tulisan di atas adalah sebuah curahan hati dari saya tentang keadaan yang terjadi di sekian waktu ini. Oh ya, hari ini saya juga menulis 2 puisi baru dimana salah satunya adalah puisi valentine untuk menyambut hari kasih sayang yang udah semakin dekat ini. Kedua puisi baru tersebut saya letakkan di MunajatCinta.com.

Sabtu, 13 Februari 2010

Kisah Cinta 'Manusia-Manusia Lan9it'

Cinta adalah karunia Allah. Bahkan Allah maenciptakan alam semesta ini karna cintaNya. KarnaNya alam dan dunia ini adalah lautan cint. Sejarah Islam mencatat kisakh-kisah cinta manusia langit dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran sejarah peradaban. Seperti:

Tak apalah meregang nyawa bagi seorang Hisyam Bin Ash tatkala mendengar seorang saudaranya merintih kehausan dalam peperangan Yarmuk, memberikan air miliknya sementara bibir bejana hampir menyentuh bibirnya. Atau indahnya ungkapan seorang sahabat yang mencintai sahabatnya karena RabbNya. Atau seorang Rasul yang memanggil umatnya tatkala sakaratul maut memenggilnya.

Teringat episode cantik dalam sejarah seorang wanita yang rela menukar cinta dan hatinya dengan islam sebagai ganti maharnya. Ketika Rumaisha binti Milhan dengan suara lantang menjawab pinangan Abu Thalhah, seorang terpandang, kaya raya, dermawan dan kesatria " Kusaksikan kepada anda, hai Abu Thalhah, kusaksikan kepada Allah,dan RasulNya, sesungguhnya jika engkau islam, aku rela engkau menjadi suamiku tanpa emas dan perak. Culuplah islam itu menjadi mahar bagiku..!" Akhirnya tinta emas sejarah mencatatnya sebagai seorang Ummu Sulaimah yang mendidik anaknya, Anas bin Malik dan dirinya sebagai perawihadits Rasulullah sementara suaminya menjadi mujahid dalam sejarah islam.